Penulis: Oleh T. Muhammad Raja, Pemuda Peduli Tanah air
OPINI,- Diera antuasias nya pihak pemerintah melakukan sosialisasi, partisipasi masyarakat dalam menyemarakkan suasana hari kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke-79 tahun 2024.
Namun, yang terlihat semakin berkurang partisipasi, pengorbanan masyarakat terhadap bangsa Indonesia, dapat terlihat pada kenyataan bahwa nilai-nilai nasionalisme masyarakat baik dewasa maupun generasi muda makin tahun semakin luntur.
Bagaimana tidak, berdasarkan pantauan di lapangan Kususnya di provinsi Aceh, berbagai upaya gencarnya pihak pemerintah kabupaten/kota melakukan sosialisasi, baik tulisan maupun publikasi lewat media sosial, agar masyarakat di desa-desa/Gampong ikut Melakukan Persipasi dengan memasang bendera merah putih di setiap rumah, dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia HUT RI Ke-79 tahun 2024
“Sampai hari ini Senin 12 Agustus 2024, rata-rata rumah, Ruko dan Warung-warung milik masyarakat di desa-desa dan kota pusat kecamatan serta di pusat kota kabupaten sekalipun, juga sangat jarang terlihat terpasang bendera merah putih.
Apa? Karena masyarakat menganggap bahwa pemerintah selama ini kurang berpihak rakyat. ini yang sangat perlu dikaji ulang oleh para Elit-elit politik di Negeri ini, jika hal tersebut di biarkan mengambang begitu saja, tidak tutup kemungkinan, Lima tahun kedepan bisa tidak terlihat lagi adanya masyarakat yang memasang bendera merah putih di depan rumah ketika HUT RI tiba.
“Selain Masyarakat dewasa, juga terlihat jelas kurangnya partipasasi kepedulian para generasi mileniala terhadap Negeri ini, sebagai mana di kutip tulisan: (Kelompok 2 PKP Angkatan II LAN RI) dan catatan, pihak Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri, sebanyak 24% tidak hafal pancasila, 53% tidak hafal lagu kebangsaan.
Dan lebih parah lagi, berdasarkan hasil survey didapatkan fakta bahwa sebanyak 61% generasi muda tidak peduli dengan kondisi bangsa.
Pergeseran ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai faktor internal seperti pemerintah reformasi yang jauh dari harapan generasi muda, masih maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme dari generasi diatas mereka yang membuat kaum muda kehilangan panutan nasionalisme, adanya etnosentris yang menganggap sukunya lebih baik, serta kebebasan berpendapat yang terlalu terbuka.
Disisi lain, faktor eksternal seperti globalisasi, perkembangan teknologi, hingga paham liberalisme terus menggempur generasi muda kita. Hal ini tentu wajib menjadi perhatian serius, mengingat generasi muda merupakan tulang punggung masa depan bangsa. Dan jika tidak diatasi sedini mungkin, akan berdampak pada melemahnya rasa kebangsaan, berkurangnya partisipasi generasi muda dalam pembangunan dan kaum muda akan rentan terhadap perpecahan.
Bertepatan dengan momentum menjelang peringatan HUT Kemerdekaan ke 79 RI, kelompok 2 Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) Angkatan II Lembaga Administrasi Negara (LAN) tergerak untuk memberikan sumbangsih ide guna mengatasi permasalahan diatas.
Solusi yang ditawarkan adalah penguatan peran keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah dalam memupuk kembali nasionalisme generasi muda yang terkikis. Dalam keluarga, orang tua perlu menanamkan nilai- nilai cinta tanah air dengan mengajak anak nonton film sejarah dan tokoh perjuangan bangsa sehingga muncul kesadaran bahwa kemerdekaan bangsa adalah buah dari perjuangan dan cinta tanah air dari generasi terdahulu.
Di lingkup sekolah, dapat dilakukan dengan perbaikan kurikulum dan penambahan muatan cinta tanah air dalam kegiatan belajar mengajar. Terakhir di lingkungan masyarakat dan pemerintah, perlu perbaikan dalam segala bidang agar tingkat kemajuan bangsa tidak membuat malu generasi muda. Disamping itu, perlu penyebaran konten- konten yang genetik terhadap cinta tanah air.
agar nasionalisme di kalangan generasi muda kembali tumbuh. Sehingga pada akhirnya, generasi muda Indonesia dengan lantang dapat berkata “kami bangga menjadi bangsa Indonesia, kami peduli dengan indonesia dan kami cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(Editor: T.M.Raja)